Suara.com - Sebagian besar orang yang terkena virus corona Covid-19 telah pulih. Namun sayangnya, bagi beberapa orang infeksi ini merenggut nyawa mereka.
Para ilmuwan belum dapat mengatakan secara pasti berapa tingkat kematian dari SARS-CoV-2 ini. Namun, mereka memiliki beberapa perkiraan, dan ada konsensus bahwa Covid-19 paling berbahaya bagi pasien usia lanjut serta orang yang sudah memiliki masalah kesehatan tertentu sebelumnya.
Pada Selasa (5/3/2020), Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, selama konferensi pers, bahwa sekitar 3,4% dari pasien Covid-19 yang dilaporkan di seluruh dunia telah meninggal.
Dalam analisis China, lebih dari 72.000 catatan kasus, sebanyak 2,3% dari pasien yang dikonfirmasi atau dicurigai terinfeksi virus (berdasarkan gejala dan paparan) juga telah meninggal, lapor Live Science.
Pasien di atas 80 tahun memiliki tingkat kematian sangat tinggi, yaitu 14,8%, usia 70 hingga 79 tahun memiliki tingkat kematian 8%. Sedangkan di Italia, angka kematian mencapai 52 orang dan terjadi pada pasien di atas usia 60 tahun.
Meski terbilang kecil, angka-angka tersebut tidak boleh diacuhkan, kata peneliti. Angka fatalitas kasus ditentukan dari pembagian jumlah kematian dengan jumlah total kasus.
Hal yang memperumit masalah ini adalah angka kematian terlambat (untuk diketahui) daripada angka infeksi karena butuh berhari-hari hingga berminggu-minggu bagi orang yang sakit parah untuk meninggal akibat Covid-19.
Faktor lain yang memengaruhi kematian pasien adalah kualitas perawatan medis. Sudah ada bukti bahwa sistem medis yang dipenuhi tekanan di Wuhan menyebabkan lebih banyak kematian.
Berdasarkan laporan WHO pada 28 Februari, di antara 56.000 kasus yang dikonfirmasi laboratorium, rasio fatalitas kasus adalah 3,8%.
Ini berarti lebih sedikit orang yang akan meninggal jika sistem medis dipersiapkan untuk menghadapi masuknya pasien virus corona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar